Faktor-faktor ini jadi penentu kemenangan Emil-Uu di Pilgub Jabar

Faktor-faktor ini jadi penentu kemenangan Emil-Uu di Pilgub Jabar

Pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum hampir dipastikan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat baru. Hal ini menyusul hasil hitung cepat berbagai lembaga survei yang menempatkan Ridwan Kamil-Uu di posisi teratas dibandingkan 3 pesaingnya.

Contohnya, hasil hitung cepat lembaga survei SMRC. Ridwan-Uu memperoleh 32,26 persen disusul pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu dengan 29,58. Diurutan ketiga, ada pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi mendapatkan 25,38 persen. Kemudian di urutan buncit, ada TB Hasanuddin dan Anton Charliyan dengan perolehan 12,77 persen.

Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universiras Padjadjaran, Bandung, Muradi mengungkapkan 4 faktor yang membuat Emil-Uu memenangi pertarungan di Pilgub Jabar. Faktor pertama, Emil-Uu dianggap sangat mengenal karakter pemilihnya.

Dalam mendekati pemilih, kata Muradi, Emil-Uu cukup serius. Pasangan yang diusung PPP, NasDem dan PKB serta Hanura ini menawarkan visi, misi serta program-program kreatif kepada pemilih. Jualan capaian kinerja apik Emil membangun Bandung ternyata juga menjadi magnet bagi warga untuk memilihnya.

"Saya kira yang lebih serius, lebih bisa mendekatkan pemilih. MIsalnya merasa dipimpin oleh Emil karena dia kreatif punya visi dan sebagainya. Dianggap ingin juga di merasakan ingin dibangun seperti di Bandung," kata Muradi saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (27/6).

Faktor usia, menurutnya, juga menjadi alasan warga Jabar memilih Emil-Uu. Usia keduanya yang lebih muda dibanding 3 pesaingnya, dikemas dengan gagasan dan ide kreatif sukses menarik suara generasi milenial di Jabar. Terakhir, masifnya pemanfaatan sosial media selama masa kampanye.

"Ada faktor usia mereka berdua lebih muda dari calon-calon lain. Dia punya visi yang bisa lebih diterima anak-anak muda," ungkapnya.

Di detik-detik akhir jelang pencoblosan, pasangan Sudrajat-Syaikhu (Asyik) mencuri perhatian banyak pihak karena elektabilitasnya meroket. Muradi menganalisis, melonjaknya elektabilitas karena gencarnya serangan udara dari tim pemenangan, terutama isu-isu menyangkut pemimpin muslim dan LGBT.

"Dia kerjakan serangan udara yang masif dihajar terus menerus soal pemimpin muslim," ungkapnya.

Isu-isu yang diangkat itu menyebabkan ceruk pemilih Emil-Uu berpindah haluan mendukung Asyik. Bahkan, sejumlah daerah di Jabar yang menjadi lumbung suara Emil-Uu berhasil direbut Asyik.

"Pemilih di Bandung kemudian di metropolitan larinya suara ke Asyik. Padahal sebelumnya di survei lumbungnya RK," ucap Muradi.

Muradi menambahkan, analisis terakhir naiknya elektabilitas pasangan Asyik karena kerja keras mesin partai-partai pendukungnya, yakni Gerindra dan PKS.

Disinggung soal pengaruh Prabowo efek dan kampanye 2019 ganti Presiden terhadap suara Asyik, Muradi menyebut dua hal tersebut berpengaruh, tetapi tidak terlalu signifikan.

"Karena kerja mesin politik bekerja. Di Bandung anak muda yang hijrah itu fans Emil akhirnya kemudian memilih Asyik," tandasnya. 

Artikel Asli
TERKAIT