Jawaban Mahfud MD saat Ditanya Prediksi Pemenang di Pemilu 2019
Jawaban Mahfud MD soal siapa pemenang Pemilu 2019 melalui cuitan Twitter. Mantan Ketua MK, Mahfud MD kembali memberikan cuitan soal pemenang Pemilu 2019 mendatang.
Hal tersebut dicuitkan dalam akun Twitter @mohmahfudmd pada Rabu (13/3/2019). Hal tersebut berawal saat Mahfud MD menjelaskan pernyataan warganet yang menyebut Mahfud tidak akan menjadi Ketua MK tanpa peran Partai Demokrat.
Bermula saat Mahfud menuliskan cuitan soal kasus Prita Mulyasari yang terjerat UU ITE pada Juni 2012 lalu.
Mahfud pun kemudian memberikan bantahannya. Mahfud mengaku Partai Demokrat tidak menguasai kursi di DPR saat ia diangkat menjadi Ketua MK.
"Tdk ada yg keliru. Sy hanya meluruskan @Marco_Alfa20 yg bilang sy diangkat oleh SBY sbg hakim MK ketika DPR dikuasai oleh Partai Demokrat. Pd-hal saya dipilih oleh DPR ketika PD msh minoritas di DPR dgn hanya 7% kursi di DPR berdasar hasil Pemilu 2004," jelas Mahfud MD. Pada pembelaan Mahfud tersebut, muncul pertanyaan untuk Guru Besar UII Yogya itu, siapa pemenang Pemilu 2019
"Menurut prof @mohmahfudmd siapa yg menang 2019," cuit netter.
Mahfud MD pun langsung membalas dengan jawaban logis.
"Yang banyak banyak mendapat suara dari rakyat. Itu yang akan menang.Mahfud MD menambahkan," jawab Mahfud MD tegas.
Sebelumnya Mahfud MD juga sempat menuliskan perihal pilihannya dalam pemilu 2019 mendatang.Hal itu disampaikan Mahfud melalui akun Twitter pribadinya@mohmahfudmd, Minggu (6/1/2019).Dilansir TribunWow.com, Mahfud menuliskan terkait pemilu 2019 untuk memilih sesuai dengan aspirasi masing-masing.
Menurutnya yang terpenting adalah memilih, untuk siapa yang dipilih itu tergantung dari pribadi diri sendiri."Bagimu pilihanmu, bagiku pilihanku. Anda tahu siapa yg akan kupilih, akupun tahu siapa yg akan Anda pilih.Buat apa bertengkar? Kita pny aspirasi dan kita akan memilih yg lbh sesuai dgn aspirasi kita masing2.
Yg penting memilih, soal mau pilih siapa: silahkan," tulis Mahfud. Selain itu Mahfud juga menuliskan untuk menghindari keburukan itu harus diutamakan. Menurutnya, dalam pemilu 2019 untuk tidak mempertaruhkan masa depan yang berpotensi merusak bangsa.
"Ada kaidah ushul fiqh, "dar'ul mafaasid muqaddamun alaa jalbil mashaalih", menghindari keburukan itu harus lebih didahulukan daripada meraih kebaikan. Artinya, jangan pertaruhkan masa depan dgn hal2 yg tidak jelas, spekulatif, dan berpotensi lbh merusak," ungkapnya.
Ajakan untuk menggunakan hak pilih dalam pemilu memang sering dilontarkan oleh Mahfud MD. Dalam beberapa kali kesempatan mengisi acara pun ia juga memberikan ajakan itu. Seperti saat dirinya menjadi narasumber pada program YouTubeAsumsi, Minggu (23/12/2018).
Ia memberikan imbauan bahwa pemilu merupakan hak konstitusi setiap warga untuk digunakan. Karena, jika masyarakat tak menggunakan haknya, maka kemungkinan pemimpin yang buruk akan bisa memimpin.
"Pemilu itu agenda konsititusional untuk hak konstitusional, rugi kalau orang nggak milih, karena milih karena tidak milih, pemimpin akan tetap terpilih."
"Dalam keadaan begitu yang diuntungkan adalah orang yang secara politik tidak baik, karena yang baik-baik tidak mau milih gitu kan," tegas Mantan Ketua MK ini.
Dirinya menambahkan saat ini dalam pemilu tidak ada pilihan yang benar-benar bagus dan ideal untuk dipilih. Akan tetapi, memilih bukan untuk mencari yang baik melainkan pilih yang lebih baik di antara kedua kandidat. Mahfud juga menerangkan terkait Golongan Mahfud yang sering ia lontarkan, yakni ajakan untuk memilih.
"Golfud (golongan Mahfud) itu mengasumsikan pilih yang lebih baik karena yang baik itu sebenarnya tidak ada. Pilih yang lebih baik dari sama-sama yang tidak baik, atau pilih yang lebih baik dari yang sama-sama baik."
"Tapi nyatanya tidak ada yang bagus beneran, ya sudah pilih saja yang ada karena negara ini tetap harus berjalan Anda memilih atau tak memilih," ujar pakar hukum tata negara ini.
Namun, Mahfud enggan memberikan pernyataan terkait siapa yang baik dan tidak baik secara mendetail.
"Itu filosofi saja, nanti kalau kita nunjuk orang, Anda keluar dari sini bisa ditangkap nyebut orang, pokoknya filosofinya gitu."
"Memilih bukan untuk menentukan orang yang ideal tapi untuk menghindari orang yang jahat memimpin, gitu saja filosofinya," jawab Mahfud MD.